Friday, December 26, 2014

Biografi Affandi



Affandi lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1907. Tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Ayahnya yang bernama R. Koesoema adalah seorang mantri ukur pada pabrik gula di Ciledug. Affandi menempuh pendidikan terakhir AMS-B di Jakarta. Pada umur 26 tahun, tepatnya pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika.
Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis. Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerjasama saling membantu sesama pelukis.
Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai --yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur-- memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.
Sebelum dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan Bung Karno dan Bung Hatta, Affandi aktif membuat poster-poster perjuangan untuk membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia terhadap kaum kolonialisme Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan pelukis dan seniman lain yang tergabung dalam Seksi Kebudayaan Poetera, antara lain: S. Soedjojono, Dullah, Trubus, dan Chairil Anwar. Selanjutnya, Affandi memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta dan mendirikan perkumpulan "Seniman Masyarakat" 1945. Perkumpulan ini akhirnya menjadi "Seniman Indonesia Muda" setelah S. Soedjojono juga pindah ke Yogyakarta. Pada tahun 1947, Affandi mendirikan "Pelukis Rakyat" bersama Hendra Gunawan dan Kusnadi, untuk memberikan kesempatan belajar kepada angkatan muda yang haus mendapatkan pendidikan dan praktek seni lukis. Lalu pada tahun 1948, Affandi pindah kembali ke Jakarta dan turut mendirikan perkumpulan "Gabungan Pelukis Indonesia".
Tidak lama setelah itu, yaitu pada tahun 1949, Affandi mendapat Grant dari pemerintah India dan tinggal selama 2 tahun di India. Di sana, Affandi melakukan aktivitas melukisnya dan juga mengadakan pameran di kota-kota besar hingga tahun 1951 di India. Selanjutnya, Affandi mengadakan pameran keliling di negara-negara Eropa, diantaranya London, Amsterdam, Brussel, Paris dan Roma. Affandi juga ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk mewakili Indonesia dalam pameran Internasional (Biennale Exhibition) tiga kali berturut-turut, yaitu di Brasil (1952), di Venice (Italia - 1954), dan di Sao Paulo (1956). Di Venice, Italia, Affandi berhasil memenangkan hadiah.
Berikut ini adalah perjalanan hidup Affandi secara pribadi ataupun prestasi yang pernah diraih selama Affandi memilih untuk menjadi seorang pelukis:
1957 - 1958
Mendapat beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat untuk mempelajari metoda pendidikan seni, dan tinggal di Amerika Serikat selama 4 bulan.

Selama di Amerika, mengadakan pameran tunggal di World House Galleries, Press Club, New York, dan berpameran di San Fransisco.
1960
Pameran lukisan di Washington DC, USA.
1962
Menjadi Guru Besar Kehormatan (Visiting Professor) dalam mata kuliah ilmu seni lukis di Ohio State University Colombus, Ohio.
1967
Membuat lukisan dinding (Mural) di Jefferson Hall, East West Center Univesity, Hawaii.
1969
  • Menerima Anugrah Seni dan Medali Emas dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diangkat menjadi Anggota Kehormatan untuk seumur hidup pada Akademi di Jakarta.
  • Dipilih selama masa waktu 3 tahun menjadi ketua IAPA (International Art Plastic Association) untuk Indonesia, IAPA adalah badan International dibawah naungan UNESCO
1973
Ditunjuk oleh pemerintah untuk mewakili Indonesia dalam Biennale Exhibition di Sidney, Australia.
1974
Menerima kehormatan gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore.
1977
  • Menerima hadiah perdamaian Internasional tahun 1977, dari yayasan Dag Hammarskjoeld dan menerima gelar Grand Maestro, di gedung San Marzano, Florence, Itali.
  • Diangkat menjadi Anggota Akademi Hak-hak Asasi Manusia dari KOmite Pusat Diplomatic Academy of Peace "Pax Mundi" di Castelo San Marzano, Florence, Itali.
  • Bersama istrinya menunaikan ibadah haji.
1978
Bulan Agustus 1978 menerima penghargaan "Bintang Jasa Utama" dari Presiden Republik Indonesia atas jasa-jasanya yang besar terhadap negara dan bangsa Indonesia dalam suatu bidang atau peristiwa tertentu.
1979
  • Mengadakan pameran bersama putrinya, Kartika, di kota Victoria, Australia
  • Tahun 1979 - 1985 mengadakan pameran keluarga di Medan, Surabaya, Jakarta, dan Bandung dengan sponsor dari P.T. B.A.T.
1984
Mewakili Indonesia untuk mengadakan pameran tunggal di Houston, Texas dalam rangka festival seni dan kerajinan tangan Indonesia di kota Houston, Texas, AS.
1985
Untuk pertama kalinya mengadakan pameran bersama tiga pelukis besar: S. Soedjojono, Affandi, R. Basuki Abdullah RA; pameran ini bertempat di Galeri Pasar Seni Jaya Ancol Jakarta. Pameran bertiga ini diberi nama "Pameran Besar Tiga Warna Seni Lukis Indonesia."
1986
Diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta. Pameran tunggal di Taman Ismail Marzuki, Jakarta dan pameran bersama di Galeri Pasar Seni Jaya Ancol, Jakarta bersama Kartika, Nashar, S. Sulebar, dan Nunung S.
1987
Dalam rangka ulang tahun ke-80, dilangsungkan Pameran Retrospektif lukisan Affandi di Gedung Pameran Seni Rupa Depdikbud, yang diselenggarakan oleh Dirjen Depdikbud. Pameran keluarga bersama Maryati dan Kartika di Hotel Panghegar, Bandung.
1988
Pameran Keluaga di Surabaya Post, Surabaya.
1989
  • Pameran keluarga di Museum Denpasar, Bali.
  • Pameran kelaurga di Galery Lama Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Tanggal 23 Mei 1990 pada pukul 16.30 WIB, Affandi menghembuskan nafas terakhirnya di rumahnya sendiri dan dimakamkan di kompleks Museum Affandi, Jalan Solo No. 167 Yogyakarta.
Lukisan Karya Affandi
Karya Lukisan sang Maestro Afandi yang berjudul "Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan" merupakan salah satu karya langka dan istimewa dari Afandi, diantara Karya-karya istimewa lainya, namun Lukisan ini memiliki nilai falsafah hidup yang dalam, dimana setiap individu Manusia yang ada di Dunia ini terlahir sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lainya seperti Malaikat, Jin, Hewan, Dll. Dimana kesempurnaan Manusia itu sendiri adalah terwujud karena adanya kelemahan terbesar yang dimiliki Manusia yaitu hawa nafsu yang cenderung berbuat untuk mengingkari kodrat sebagai makhluk yang sempurna, dan seringkali hawa nafsu digoda oleh berbagai bisikan-bisikan setan yang menyesatkan. Disini perwujudan dari bisikan-bisikan setan itu dilukiskan Afandi seperti sesosok Topeng-topeng yang berperan sebagai tokoh kejahatan dalam cerita-cerita Jawa. Dan Topeng itu sendiri cenderung bukan wajah asli dari diri Manusia itu sendiri, dia adalah perwujudan dari bisikan-bisikan jahat yang menutupi hati dari kebenaran, sehingga membentuk karakter dalam tingkah laku dalam kehidupan nyata, kecuali mereka Manusia-manusia yang kuat, sabar, tegar dan selalu mendapat petunjuk dari Tuhan, yang bisa mengendalikan nafsu dengan baik dan benar dari Godaaan bisikan Topeng-topeng kehidupan, sehingga Nafsu menjadi kendaraanya menuju kesempurnaan. Potret diri Afandi yang dikelilingi Topeng-topeng kehidupan merupakan gambaran dari bagian kehidupanya sebagai manusia yang selalu dikelilingi dengan pilihan manis dan pilihan pahit. Lukisan ini pernah menjadi incaran para Kolektor dan para pecinta Lukisan, tapi karena dari Pemiliknya yang pada waktu itu tidak pernah berniat menjual Lukisan ini, maka berapapun harga yang ditawarkan tidak pernah dilepas atau dijual. Namun sekarang Pemilik Lukisan berniat menjualnya, dan merupakan sebuah kesempatan langka bagi anda untuk segera memboyong Koleksi Lukisan Istimewa ini kedalam singgasana anda sebelum terlambat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFw-tjU4qbLxTtoclaRFdHepzDzbkNfnxb3Yk5LukMz_WTUo_e6TRyE25LkF_YXp3fu5ValR7f1ROJIzaF8DxspYd9sTIr5nZLztRiDvhs_8wdH1CiEtSnt3tnsugAgHP-wW_ZnDGonlA/s200/Afandi,+Bisikan+Hitam.JPG
Pelukis : Afandi Tahun: 1961 Judul : " Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan " Ukuran : 110cm X 135cm Media : Oil on Canvas
Kemegahan Lukisan berjudul “Barong” terlihat begitu unik dan indah dari ekspresi goresan serta kombinasi warna tingkat tinggi. Kemegahan Lukisan ini menjadi sempurna dengan kombinasi ukuran Lukisan yang dibuat cukup besar oleh sang Pelukis Maestro Afandi.
Kecintaan Afandi pada seni dan Budaya telah menginspirasi Beliau untuk menciptakan karya-karya Lukisan spektakuler bertema Budaya, salah satunya seperi yang tertuang pada Lukisan Barong ini, karena kecintaanya pada Tokoh Barong dalam cerita rakyat Bali, Beliau melukiskanya dalam beberapa Lukisan dengan tema yang sama, dan salah satunya adalah Lukisan Barong berukuran besar ini.
Merupakan sebuah pencapaian kesempurnan tingkat tinggi dalam berkarya seni, yang dicapai oleh seorang Pelukis Maestro Afandi, yang terwujud dalam setiap karya-karyanya yang unik dan mengagumkan. Sehingga menjadikan kepuasan dan kebanggaan yang tak ternilai bagi para pecinta/ Kolektor Lukisan karya para Pelukis Maestro, khususnya Lukisan Afandi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhByiVnstjOA__tjRu9fKYMtMjV6otKOQ3_iTWd31z_TWDb53vQiXG5TDzYCptgEd8fVrgMLP9yjEDim7Ju7oIDiiOUV0LBKK8ickcauQhF1oqn0kEWpzih2dEJKcuIqOz-rwDNlBuruww/s200/Afandi,+Barong,+150X200cm,+1982.JPG
Pelukis : Afandi Tahun: 1982 Judul : " Barong I " Ukuran : 150cm X 200cm Media : Oil on Canvas Harga
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXfFQonkr_NyNwZznl7tldrnz0Gvud6mCGK9pyQCP84fI6xRR60a2yxMYnGBR1Go3a2UdQcGIl4c21MkX4CUrUbULQgPMxp-1j0AOA6Gx1eeuv0pWeYGiCQ2LlpoHG9HTUgn9k4UWnLPM/s320/Afandi,+Kwan+Kong,+100x150cm.jpg
Pelukis: Affandi Tahun: 1965 Judul : " Kwan Khong " Ukuran : 100cm X 150cm Media : Oil on Canvas
Kecintaan Afandi pada nilai-nilai kultural tertuang dalam setiap Karya Lukisan beliau yang mengagumkan, salah satunya adalah Lukisan yang berjudul "Barong dan Leak".
Sebagai seorang Seniman Lukis yang memiliki daya ingat tinggi, beliau melukiskan suasana saat upacara adat Bali yang mengandung nilai kultural dan historis yang tinggi.

Tokoh-tokoh cerita seperti Barong dan Leak menjadi obyek sentral dalam Lukisan ini dengan suasana keramaian tokoh-tokoh pendukung lain. Suasana upacara adat Bali ini telah meginspirasi Afandi untuk membuat sebuah karya Lukisan yang mengagumkan, yang terlihat sempurna dalam setiap goresan, kombinasi warna dan penggambaran suasana yang unik.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYGgeV3hoGt9u04FeLTC759EFpXDq3fvNy6OB5XAUjW_63uHX0t4seAwq_gTlK3aQ5Nz5-6rRXD5SBwDpLqOdtmVt1pF8ckU-YhXFsw_UneXrYhZHYrNjMDtPwMoRjKjQyW_RBHdIDwE4/s200/Affandi,+Barong,+150cm+X+200cm.JPG
Pelukis : Afandi Judul : " Barong dan Leak "
Ukuran : 150cm X 200cm Media : Oil on Canvas
" Borobudur Pagi hari " merupakan salah satu karya sang Pelukis maestro Afandi yang terinspirasi oleh kemegahan Candi Borobudur dan lingkungan sekitar pada masa itu, saat Afandi melintas dan memperhatikan Borobudur di pagi hari. Obyek matahari selalu menarik perhatian Afandi di beberapa karya beliau sebagai fokus pendukung utama. Warna-warna dingin dan tenang mendominasi Lukisan ini karena melukiskan suasana pagi hari yang cerah. Di tema Lukisan " Borobudur Pagi Hari " ini Afandi lebih menonjolkan obyek alam sebagai latar belakang (Background ), berbeda dengan tema " Borobudur Sore Hari " yang menggabungkan suasana alam dan aktifitas Masyarakat.

Biografi Raden Saleh Syarif Bustaman



Raden Saleh adalah salah seorang pelukis terkenal dari Indonesia yang dilahirkan sekitar 1811 di Terboyo (Semarang). Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia. Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda.
Ia dianggap saingan berat sesama pelukis muda Belanda yang sedang belajar. Para pelukis muda itu mulai melukis bunga. Lukisan bunga yang sangat mirip aslinya itu pun diperlihatkan ke Raden Saleh. Terbukti, beberapa kumbang serta kupu-kupu terkecoh untuk hinggap di atasnya. Seketika keluar berbagai kalimat ejekan dan cemooh. Merasa panas dan terhina, diam-diam Raden saleh menyingkir.
Ketakmunculannya selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis Indonesia itu berbuat nekad karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya dan pintu rumahnya terkunci dari dalam. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak. Tiba-tiba mereka saling jerit. "Mayat Raden Saleh" terkapar di lantai berlumuran darah. Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain. "Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar saya bisa menipu manusia", ujarnya tersenyum. Para pelukis muda Belanda itu pun kemudian pergi.
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "wis-, land-, meet- en werktuigkunde (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya Dresden, Jerman. Ia kembali ke Belanda tahun 1844. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda. Di Jerman Raden Saleh di elu-elukan sebagai seorang Bangsawan dari Jawa dan menjadi Tamu kehormatan dari Ernst I, Grand Duke dari Saxe-Coburg-Gotha. Para Ningrat Belanda, Jerman dan Belgia, mengagumi pelukis RS, yang selalu tampil unik dengan berpakaian adat bangsawan Jawa lengkap dengan blangkon. selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan. Dari Schelfhout-lah Pangeran Raden Saleh mempelajari ketrampilan menjadi seniman lukis lansekap.
Pada tahun 1839, Raden Saleh melukis satu dari karya agungnya berjudul “Singa dan Ular”, yang merupakan simbolisasi peperangan abadi antara yang baik dan jahat. Raden Saleh juga beberapa kali berkunjung ke Paris, antara lain pada saat berlangsung Revolusi Februari 1848.
Pada tahun 1851 Raden Saleh pulang ke Hindia (Indonesia) bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya dan di Batavia Raden Saleh melukis potret keluarga keraton dan pemandangan. Ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Keraton Solo. Raden Saleh membangun sebuah rumah di kawasan Cikini, dengan gaya neo gothic. Tahun 1875 ia berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan baru kembali ke Jawa tahun 1878. Selanjutnya, ia menetap di Bogor sampai wafatnya pada 23 April 1880 siang hari, konon karena diracuni pembantu yang dituduh mencuri lukisannya. Namun dokter membuktikan, ia meninggal karena trombosis atau pembekuan darah. Tertulis pada nisan makamnya di Bondongan, Bogor, "Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda". Kalimat di nisan itulah yang sering melahirkan banyak tafsir yang memancing perdebatan berkepanjangan tentang visi kebangsaan Raden Saleh.
Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis Perancis Gerricault (1791-1824) dan Delacroix ini diungkapkan dalam suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati.
Wajar bila muncul pendapat, meski menjadi pelukis kerajaan Belanda, ia tak sungkan mengkritik politik represif pemerintah Hindia Belanda. Ini diwujudkannya dalam lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro.
                                   
Meski serupa dengan karya Nicolaas Pieneman, ia memberi interpretasi yang berbeda. Lukisan Pieneman menekankan peristiwa menyerahnya Pangeran Diponegoro yang berdiri dengan wajah letih dan dua tangan terbentang. Hamparan senjata berupa sekumpulan tombak adalah tanda kalah perang. Di latar belakang Jenderal de Kock berdiri berkacak pinggang menunjuk kereta tahanan seolah memerintahkan penahanan Diponegoro.
Berbeda dengan versi Raden Saleh, di lukisan yang selesai dibuat tahun 1857 itu pengikutnya tak membawa senjata. Keris di pinggang, ciri khas Diponegoro pun tak ada. Ini menunjukkan, peristiwa itu terjadi di bulan Ramadhan. Maknanya, Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik. Namun, perundingan gagal. Diponegoro ditangkap dengan mudah, karena Jenderal de Kock tahu musuhnya tak siap berperang di bulan Ramadhan. Di lukisan itu Pangeran Diponegoro tetap digambarkan berdiri dalam pose siaga yang tegang. Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan marah, tangan kirinya yang mengepal menggenggam tasbih.
Lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral De Cock pada tahun 1830 yang terjadi di rumah kediaman Residen Magelang. Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap menghormat menyaksikan suasana tragis tersebut bersama-sama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Jendral De Kock pun kelihatan sangat segan dan menghormat mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawa beliau ke tempat pembuangan. Pada saat penangkapan itu, beliau berada di Belanda. Setelah puluhan tahun kemudian kembali ke Indonesia dan mencari informasi mengenai peristiwa tersebut dari kerabat Pangeran Diponegoro.
Contoh Lukisan:



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipPSHzbqyYPyG28sAfudPTXzKaPWtE_d6HhjOlhCxweESFDER_FQ2eB6fIUqx3tIEXs7ocerO178v0SKDc8ko_3eJ2uy6j9e4Sqhny58DHNTgOwfyr14W2vMJktKZz4NueBc42DCfhv6I4/s400/Raden+Saleh,+Lion+and+Horse+Fighting.jpg
"Lion and Horse Fighting" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6oY2lv8aX2WAif4Olno7we34tsDXVRp-JGgedTeAFJEHYl3DcHnev-yiYH23mC3wctIYYdCnqIpeoHa5aynT5o-ECGdFO3CvU-tfUd6gLcuKU4CNlv3ZLlz2cqgDi2qXUYokbv2oDTOzx/s400/Raden+Saleh,+Lion+Hunt.jpg
"Lion Hunt" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880





https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGLJGNlDuvNZ4iO3m4v4JbqGafEuorJCSwfVkCSf1Mx1De9VHiHsK4CtrLl99RyPWhGuI2SZ02nMupzhfitsP4Z7N75e883VQJAx9HexUvlxv_8N7trMOS0rHFUjjETn9gy6TG-JJKD6yi/s400/Raden+Saleh,+Lion,+Horse+and+Snake.jpg
"Lion, Horse and Snake" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz_XhMqiHYVOym6BW6p1qVTXX1dD8dzFvBgzg5PeRaRZjTqN8seOnG_fHRhNX5PaXu2Ue73FwTHpSe9nrSlPfkV1eDdhgRlsC2o_5_ohyphenhyphencSRvEgMXTEScor5B431SK7ccgYjBfES7AmPZB/s400/Raden+Saleh,+Penangkapan+Diponegoro+I,+77cmX110cm,+1830.jpg
"Penangkapan Diponegoro I" by Raden Saleh, Medium: Oil on canvas, Size: 77cm x 110cm, Year: 1830

Sunday, December 21, 2014

Mengisi liburan sekolah di rumah yang bermanfaat

Liburan oleh sebagian orang dianggap menyenangkan dan adapula yang menganggapnya membosankan. Oleh sebab itu saya akan membagikan tips agar liburan sekolah ini membawa manfaat. Ada sebagian orang yang melaksanakan liburannya di rumah, tapi jangan khawatir guys. Berikut adalah tipsnya : 1. Menulis meskipun liburan kita juga bisa menulis. Kita bisa menulis cerpen. Yang baru menulis cerpen jangan khawatir, ini saat yang tepat bagi kamu untuk memulainya, kita bisa mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kamu juga bisa menulis novel yang ceritanya lebih panjang. Bisa menulis naskah drama juga, puisi dan pantun juga bisa. Dan yang ingin tidak lupa pelajaran kita juga bisa ngerangkum pelajaran. 2. Belajar memasak liburan yang cukup panjang ini bisa digunakan untuk belajar memasak guys. Entah itu belajar memasak menu utama maupun roti, cake, dan sebagainya. 3. Membuat hiasan sambil menunggu masa liburan agar tidak membosankan kita juga bisa mengisinya dengan membuat hiasan. Untuk para gadis remaja, kita bisa membuat pernak - pernik yang kita suka bisa itu gelang, kalung, gantungan kunci, bros, hiasan dinding atau yang lainnya. 4. Bersih - bersih dan mendekor ulang kamar karena hari - hari lalu kita sibuk dengan sekolah kita jadi tidak bisa mengurus kamar dengan baik. Lah inilah saatnya guys. Pasti seru asalkan ikhlas ya 5. Menonton tv dan dvd kita bisa mencari acara tv yang kita suka sepuasnya atau film-film yang kita suka, tapi jangan terlalu lama karena tidak baik untuk kesehatan. 6. Bermain bersama keluarga bisa bermain dengan saudara-saudara di rumah. Mengobrol bersama orang tua. Atau melakukan hal-hal lain bersama mereka, hal ini juga dapat mempererat kebersamaan keluarga. 7. Berkebun agar suasana rumah menjadi lebih sejuk. Bisa menanam bunga-bunga yang indah, buah-buahan atau yang lainnya. Ini dapat meningkatkan telaten kita. Baiklah inilah tips mengisi liburan di rumah. Semoga bermanfaat. Aamiin ;)